Satu kuncup saja
yang tersisa dari pucat badanmu
yang mati yang bercecer ada di dalam kenangan
peran menjadi saksi mata ...
melekat sampai kelak menjadi bangkai kering
di pinggiran hunian ...
di waktu siang kelam
saat manusia beribut tangis dalam hitam
dalam balutan kerudung duka
Kau tahu ...
adalah kau penerang jiwa-jiwa kesepian
pencerah hati-nurani orang-orang kehilangan
adalah kau penabur nyaman
penyebar tawa dari resah kematian
adalah kau pemandangan terbaik selain kumpulan gedung-gedung tinggi berkilat
perasa rindu dari hilangnya waktu-waktu bersama
sampai kapan kau berteman dengan lalu lalang angin duka
dan wangi kapur barus ?
Oh ... aku tak tega ...
Kau ! tak layak berpatung
dan menjadi kering disana ...