Sabtu, 14 Desember 2013

Sinar Rembulan

Bulan itu
kini menempel
di keningnya
menebar damai
setiap manusia
yang melihat

Akankah ia
seperti dulu?
Bersinar tanpa lelah
setiap waktu?

Minggu, 20 Oktober 2013

Di Sebuah Tempat yang Tersembunyi

Aku tidak sadar bahwa
selama ini aku
diamati oleh sebuah mata,
kematian

Di belakang di dalam kepalaku
Ia tampak sedang membangun istananya
batu-batu, kayu-kayu, 
benih pohon kamboja, dan tanah merah lengket

Ia membangun nisan,
sebuah makam untukku

Ahad,
20 Oktober
2013

Jumat, 02 Agustus 2013

Sepi dengan Huruf Besar



Sepi
Kesepian
Hening
Keheningan

Mati
Berduaan
Pusing
Berduaan

Aku
Engkau
Aku
Engkau

Tiada
Tidak ada
Puasa
Punya asa

Lalu lintas lebaran
Setiap tahun seperti roda

Baik dan buruk
hanya dimiliki oleh
manusia-manusia penakut

Takut hidup
Takut membuka cakrawala
Takut bertindak
Takut mencoba hal baru

Dan akhirnya menjadi manusia-manusia dahulu
Tidak belajar dari sejarah.

Peperangan.


Agustus 2013, Pusat Kota



Selasa, 30 Juli 2013

Memejam Mata

Di malam-malam yang dingin
keluarlah rasa ingin
Menari-nari seperti daun beringin
mencari makna masangin

29 Juli 13, Cepokojajar

Selasa, 23 Juli 2013

Januari di Bulan Jenuh Hari

Januari...
Disaat hujan berhari-hari
Datanglah tangis merpati
Ingin lupakan mimpi-mimpi

Di pukul dua belas pagi
Keluarlah kali-kali kecil dari air mata suci
Meluaplah juga ungkapan-ungkapan hati
Dari seseorang yang kusebut bidadari

Aku, memandangmu seperti melati
yang tak bisa menahan embun pagi
tak bisa juga menunggu hangat mentari
Layu layaknya hendak ingin mati

Jangan dulu Kasihku,
tenggaklah sari pati kopi untuk selimuti.......

Yk, 17 Juli 2013

Selasa, 02 Juli 2013

Asu

Setiap malam ada asu
hinggap di kepala
mengonggong menganggu
lelap tidurku

Gedung Pasca UGM/4 Juni 2013

Illustrasi oleh Arda Awigarda




Jumat, 28 Juni 2013

Tai

Tai
Itu sesuatu di balik matamu
Yang kalau kamu melihat, 
semuanya tidak berarti apa-apa
Lalu lihatlah cermin
Ada aku disitu

29 Juni 2013/JNM

Rabu, 05 Juni 2013

Daun-daun Kamboja

Daun-daun kamboja menjadi senja
Di sebelah barat aku melihat mata
yang sendu
yang muram
yang murung
Selalu saja bikin gerah

KKF, 4 Juni 2013

Rabu, 15 Mei 2013

Tali

Ada tali menggantung bundar,
di tengah dua mata
memandang menyeru kasih
kepadaku

Ia menari-menari,
menggoda diam
menyeret hampir
seluruh jiwa, mati

Ku tak bisa kutik,
tak bisa gerak
memandangmu tuk ikut
ke dalam lingkar

Ada tali digantung,
menari-nari
menggoda jiwa
menumbuh nafsu

Di pojok-pojok waktu,
diam-diam tali menyekap diri
dengan yang menggantung
di tengah dua mata, tali

Sabtu, 11 Mei 2013

Ombak Pantai Selatan

Ombak Pantai Selatan
Seperti gejolak ramai jalanan
Seperti gelisah menggebu-gebu
Seperti resah memaksa mendesah desak
...
Ingin menemui, disana ...
Di tengah lautan hening
Di bawah bintik putih jerawat langit
Di hangat alas bumi

Angin berhembus merasuk
Saat dengung doa rindu kulepas ke alam raya
Percaya hal itu sebagai jawab
Rindu telah sampailah kepada tujuan
...
Ombak-ombak masih berkejaran dalam diri,
diantara laut daratan ku berdiri,
bertanya kepada hati,

sampai kapan berharap pada bintang jatuh?


Pantai Baru, 10 Mei 2013






Rabu, 08 Mei 2013

Kembang Sajak Untuk Ibu

Selamat hari kelahiran Ibu, 
tunggulah dengan sabar anakmu besar 
dan kembang melati yang sekarang tumbuh di rambutmu
biarkan cucu-cucumu esok memetiknya.

9 Mei 2013/55 Tahun

Warung Senja

Warung senja

Matahari tak disebut
Sebab itu kata terlarang
Diantara mereka berteduh sapa

Remang bulan tertangkap
Pada redup lampu
Yang menunggu percakapan

Percakapan bungkuk
Mengenang kenang masa muda
Tentang gerilya, rok seksi,
dan sepasang kacamata

Malam di tempat senja

Waktu berhenti
Mengendap di dasar teh
Sembunyi takut
pada pengalaman-pengalaman

Yang berbuah kebebasan
dari keji kolonial


Selasa, 07 Mei 2013

Minggu, 05 Mei 2013

#4

kekasih, engkau tau kenapa diciptakan sepasang tangan?
untuk menyeka luka dari bibir juga matamu

kekasih, engkau tau kenapa diciptakan sepasang mata?
untuk menangkap dan menyergap tatap gelisahmu

kekasih, engkau tau kenapa diciptakan sepasang kuping?
untuk mendengar jerit sepi yang setiap malam datang padamu

kekasih, engkau tau kenapa diciptakan sepasang kaki?
untuk melangkahkan niat menuju rumah rindumu

Kekasih, kepada-Mu aku berserah

#3

Ia menjadi redup, muram
Terlihat sedih, sinarnya suram

Sudah dipukul tiga Ia masih saja terjaga?
Ada apa?
Apakah hatinya hilang dicuri luka?
Atau lupa Ia kunci hatinya?

Berbagilah cerita: tentang luka derita

Ia ternyata malu
Bercerita sesuatu
Atau mungkin masih merasa lugu
Dikira-nya yang Ia temui makhluk kecu

Lalu, di dalam malam kemarau
Terdengar suara serak parau
Dari seorang galau
Diam-diam dia berdoa kacau: 
"Kembalilah padamu yang dulu yang asal. Senyum merona. Bersinar terang laksana rembulan. Selamatilah hidupmu"

Kamis, 02 Mei 2013

#2


Waktu. Detak-detik yang terus maju menggiring matahari ke peraduannya. Berganti malam berubah kelam. Lalu menghitam ke langit-langit pikiran.

“Apa yang harus kulakukan?”
Waktu terus melaju. Mengacuhkan pertanyaanku. Sementara aku terus saja memandangi deret angka-angka. Dan layar kecil ajaib di tangan kananku. Lama. Aku terdiam lama. Menjenuhkan. Asu!

Waktu. Waktu terus melaju. Meninggalkan yang lalu, aku! Aku masih berdiam mencari jawab. Mencari-cari titik gelisah.

“Apa yang harus kulakukan?”
Waktu. Waktu terus melaju. Meninggalkan yang lalu, aku! Aku telah dipecundangi. Kumbil sebatang aroma, kuremas, kumamah, lalu kumakan!

“Setidaknya aku tahu cara semangat!”

Sabtu, 20 April 2013, Semesta

Minggu, 21 April 2013

Engkau Yang Maha


Aku kekasih-Mu. Penuh salah juga dusta. Maka lengkapi diriku. Cumbu aku dengan mesra. Kecup keningku dengan hampa cinta dunia.

Aku kekasih-Mu. Penuh ragu dan kebimbangan. Maka pukul diriku. Tampar aku dengan kesabaran terus tak berhenti. Tonjok wajahku dengan waktu yang tak kunjung berjawab.

Aku kekasih-Mu. Dengan segala gulana dan rasa gundah. Tangisi diriku bersama hening. Bersama muram sinar rembulan. Juga janji alam kepada semesta.

Kekasihku. Maafkan. Sungguh aku makhluk tiada ucap syukur. Maka jauhkan surga. Maka dekatkan neraka. Putuskan jembatan kasih-sayang. Hukum aku dengan cambuk tanpa asmara.

Kekasih hatiku. Untuk-Mu aku berserah. Segala doa kupanjatkan. Kudengungkan. Kurasukkan. Kugenggam erat. Kemana dan dimana ku pijak dunia ini. Dunia fana, dunia derita luka.

Kekasihku, kekasihmu juga….

Alhamdulillah ku bersyukur kepada-Mu

Sabtu, 30 Maret 2013

Ke-ka-sih

Rasa tidak akan pernah ajeg. Kalaupun ada itu hal yang mustahil.

Rasa tidak akan pernah berhenti di satu posisi. Rasa akan selalu bergerak mencari titik-titik ketenangan, kenyamanan, keheningan, dan segala sifat-sifat menentramkan lainnya. Dengan proses sedemikian rupa, rasa akan selalu dihinggapi kegelisahan, kegundahan, dan kebimbangan, juga keraguan. Sebelum akhirnya menemukan posisi damai. Proses ini seperti roda berputar, rasa selalu mengalami tingkat kenyamanan sebelum akhirnya kembali ke tingkat paling pahit, dan seterusnya- dan seterusnya, selalu bergerak berputar.

Itulah alasan mengapa Gusti menciptakan dan memberikan seseorang pria atau wanita, yang dengan segala sifat maupun sikap-nya, mereka saling kasih- mengasihi, lalu saling menyematkan status diantara keduanya yang tak tervisualkan kata ataupun gambar, yaitu kekasih.

Kekasih, saling menyayangi, mengasihi satu sama lain, puncak proses pencarian jati diri, menyelami dan menemukan ketentraman rasa yang terus bergerak dan berlarian kesana kemari.

Kekasih, proses mencari kelemahan-kelemahan diri hingga akhirnya lahir sebuah sikap saling mengalah, saling memahami, juga saling bersabar demi memperoleh ketenangan-keheningan rasa.

31 Maret 2013
Di dalam kata-kata

Kamis, 28 Februari 2013

#1

Seperti air hujan yang turun tiba-tiba,
rindu membuatmu panik dan tidak tenang.

Untukmu...

Ketika kata tak terucap
Lalu diam beberapa detik atau bahkan menghabiskan menit
Bukan berarti obrolan kita selesai
Rasakan, aku minta hanya rasakan
Atmosfer sekitarmu, suara dalam dirimu, atau
coba dengarkan perasaan orang-orang sekitarmu

Kasih aksen pada meja ini
Pesanlah kopi, bakarlah kretek sampai pagi
Kecup perlahan rasakan hangat di tepian cangkirnya
Hirup kuat kretek-mu hempaskan keluar, bebas!
Lihatlah kelak-kelok asap, betapa fleksibel betapa liar lalu hilang!
Seperti juga hidup, eksis lalu tiada!

Percakapan menghidupi kita
Di dalam semesta di bawah langit berbintang
Tembok kita tembok udara
Tidak ada pagar pembuat batas
Kita saling berbalas santun,
bertukar rupa, bahkan ejek-terjelek

Ketika kata tak terucap, kau tahu...

aku hanya memikirkan bagaimana cara merindukanmu dengan baik...





Ketika Waktu Menjadi Batu

Mataku tertuju pada dinding batu...
Mendengar semua tingkah laku
Kegelisahan biarlah tak terucap,
keresahan biarlah terpendam
Menikmati kesepian mengolah rasa
Terdiam....
Memang sengaja diam
Membaca rupa membaca waktu,
wajah kita berdua
Berkerut mengernyitkan dahi,
perlahan menikmati detakan jantung,
perlahan mengatur lenguh nafas
Mencari dan mencipta ritme agar semua komponen menjadi nyata,
berirama saling paham
Mataku tertuju pada dinding batu...



Selasa, 29 Januari 2013

Air Terjun Cengkehan












Lokasi dusun cengkehan, desa wukirsari, kecamatan imogiri, kabupaten bantul, DIY
Foto : Faizal Nur Achmad

Minggu, 13 Januari 2013

Hujan

Hujan masih lebat di luar sana
Suara gemuruh petir saling sahut diatas langit
Para dedaunan seirama berlenggak-lenggok mengikuti angin
Rintik bercumbu dengan tanah, mesra
Air menggenang dan gelombang kecil tercipta

“Pak, hujan kapan reda?”

Dia menatap mata bapaknya. Bapaknya tetap acuh. Tak dihiraukan suara anaknya itu.

Sang bapak masih terlihat khidmat dengan pandangannya. Melihat dengan seksama keadaan diluar rumah. Hujan bertambah deras.

Angin bertambah kencang. Suara air bertambah keras. Kodok-kodok menciptakan bebunyian ritmis dan harmonis.

Teh panas. Kebulnya tipis keluar dari gelas. Warnanya yang coklat bata mengingatkan akan kematian, warna tanah. Wanginya harum dan pekat membuat kenangan-kenangan tak sengaja tercium kembali. Memori masalalu datang bersama hujan dan ruang keluarga.

“Pak?”
“Ya?”
“Kenapa tidak juga berhenti?”

Bapak menoleh pelan kepada si buah hati. Dia hanya bisa tersenyum. Dielusnya rambut si anak beberapa kali. Mereka saling bertatapan.

“Habiskan susumu”
“Biarkan hujan berhenti dengan sendirinya, Nak. Duduklah tenang dan nikmati saja”

Bau tanah menyebar ke penjuru ruangan. Sang anak menempelkan kepala ke dada bapaknya. Tersenyum lalu tertidur pelan. Hujan masih tetap sama. Si bapak memeluk erat badan anaknya. Dipandangnya buih air pada kaca jendela. Kenangan, pikirnya. Bau tanah menyebar ke penjuru ruangan. Dingin mulai menusuk. Irama air bersahut-menyahut mensyahdukan ruangan keluarga. Hujan masih tetap sama. Bapak menghirup nafas dalam. Ditahannya beberapa saat. Lalu perlahan dikeluarkannya suara pelan.

“Hujan malam ini sangat indah, Dik”

Bau tanah menyebar ke penjuru ruangan. Hujan masih tetap sama.

Rabu, 02 Januari 2013

Membaca Lewat Foto


Dari waktu ke waktu penggunaan teknologi untuk mengaktualisasi diri semakin tinggi. Di era digitalisasi sekarang memungkinkan manusia untuk tampil ke khalayak. Salah satu medianya adalah jejaring sosial. Adanya media ini membuat orang-orang berlomba untuk menunjukkan eksistensi mereka.

Facebook merupakan salah satu jejaring sosial yang digemari masyarakat kebanyakan. Ia seakan makanan wajib bagi orang-orang. Barangsiapa belum memiliki akun ini rasanya kurang mantab menjalani aktivitas sehari-hari.

Jejaring sosial ini memiliki fitur lengkap daripada lainnya. Ia memungkinkan kita untuk menambah dan menyimpan berbagai informasi atau identitas tentang kita. Mulai dari biodata, tempat untuk mengutarakan pendapat (baca: wall) hingga layanan mengarsip foto-foto. Seiring berjalannya hari bersamaan dengan aktivitas kita, mau tidak mau merangsang orang-orang untuk meng-update terus informasi tentang diri di dalam akun FB masing-masing.

Foto Profil Cerminan Diri
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Istilah umumnya, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.

Dunia ini sudah semakin canggih. Teknologi-teknologi paling anyar dihasilkan. Hubungan komunikasi lebih gampang. Memungkinkan kita untuk memperpendek waktu dan jarak. Rasa kangen seseorang terhadap seseorang lainnya kini tidak lagi harus ditempuh susah-susah. Hanya dengan mengakses internet, memiliki akun FB, dan berselancar di dalamnya, kita, setidaknya telah mengobati kerinduan yang mengendap.

Handphone berkamera, DSLR, smartphone, dsb yang dimiliki oleh para masyarakat Indonesia benar-benar dimanfaatkan dengan baik disini. Dengan alat-alat ini, seseorang dengan mudah mengambil gambar dengan segala pose dan latar belakang. Penggunaan teknologi perekam yang canggih tidak disia-siakan, apalagi oleh anak-anak muda jaman sekarang.

Keadaan ini mempengaruhi gaya hidup dan berpakaian anak-anak muda. Agar terlihat seperti yang dicitrakan akun FB-nya, mereka berusaha tampil modis dan selalu update fashion hari ini”. Juga dalam berperilaku terkadang mereka terkesan memaksakan – menempelkan – citra gambarnya.

Foto profil seseorang di akun FB juga bisa menjadi pusat riset kecil-kecilan. Foto profil ini juga dapat memberikan kesimpulan kecil karakter seseorang. Dengan melihat “penampakan” gambar seseorang di akun FB seseorang, kita mengamati dan mencermati – mereka-reka – sifat atau kehidupan orang yang di investigasi.

Tetapi, di dalam facebook, kita tidak boleh secara instan dan mutlak melakukan justifikasi ataupun proses pelabelan. Disini kita tak bisa sepenuhnya mengetahui isi kepala seseorang tanpa melakukan proses dialog. Namun, secara garis besar, pemikiran seseorang itu dapat dilihat dari ideologi visualnya – meminjam istilah John Fiske.

Menurut pengamatan saya, visual seseorang di dalam FB sangat mempengaruhi orang-orang untuk mengunjungi akun FB-nya. Tetapi tidak semata-mata faktor fisik saja – walaupun ada orang-orang yang secara tegas memakai faktor ini dalam melakukan komunikasi – ada juga seseorang tertarik dengan foto-foto aktivitasnya.

Album foto, adalah yang sering dikunjungi orang-orang jika mengakses FB. Alasannya sederhana, proses pengenalan via dunia maya tidak hanya sebatas nama, tetapi juga harus memajang atau melihat foto seseorang. Dengan rumus ini, foto disini menjadi hal vital dalam mempengaruhi orang berkomunikasi.

Foto Pemicu Kreatifitas
Secara mendalam, foto profil facebook atau kumpulan-kumpuan foto yang di upload merupakan obat penumbuhkembangan ide. Dalam hal ini merangsang ego kita untuk bergerak. Ego untuk berusaha menyaingi sesuatu yang dilihatnya – visual foto. Rasa tidak mau kalah, dalam artian positif, muncul begitu saja ketika kita “mengunjungi” akun FB seseorang.

Seperti yang saya kemukakan diatas, zaman teknologi sekarang telah mempengaruhi kehidupan anak muda. Mulai dari gaya berpakaian, kebiasaan, maupun ideologi pikirannya. Facebook adalah salah satu alat indikasi untuk mengetahui sifat-sifat orang. Juga merupakan sebuah media penumbuh kecemburuan yang ampuh.

Bagaimana tidak? Banyak orang yang tergerak hatinya untuk lebih menunjukkan siapa dirinya setelah “berselancar” di FB. Dan berlomba-lomba untuk meng-upload sebanyak-banyaknya foto dirinya atau bersama kawan-kawannya. Tak lain dan tak bukan hanya ingin membuktikan bahwa dirinya ada. Eksis.

Bukti eksistensi yang berupa foto di dalam FB semakin menjadi-jadi. Sekarang, tidak sahih rasanya jika jalan-jalan tanpa potret-memotret. Tanpa mendokumentasikan acara.

Tetapi, jika kita terlalu berlebihan dalam menerima produk budaya ini akibatnya fatal juga. Meng-upload foto paling pribadi, menulis segala informasi yang bukan konsumsi publik, dan menginformasikan secara serampangan perihal pribadi kita mengakibatkan image buruk bagi kita. Dan lebih parah jika kita meng-upload yang bukan milik kita dan bersifat rahasia, bisa-bisa kita dituntut atas dasar pencemaran nama baik seseorang. Tapi apakah itu akan terjadi? Mungkin ya, mungin tidak. Tergantung keseriusan calon pelapor sih.

Facebook – yang merupakan produk budaya asing - dengan segala fitur, manfaat, dan dampaknya sudah menjadi “kebiasaan” baru di masyarakat. Kita tak perlu ketakutan dan lari tunggang langgang. Yang kita perlukan adalah mencermati dan membuat celah. Menjadikan facebook museum arsip pribadi atau sekedar pasar malam semata. Tetapi yang pasti, jangan sampai kita diperalat olehnya. Apalagi menjadikannya semacam sesembahan di dunia.

Sekian!

Kotak Ajaib Keluargaku


Kotak ajaib itu bernama televisi. Kotak berwarna berisi gambar-gambar gerak. Berisi dialog dan pergerakan-aktivitas manusia. Baik yang direncanakan ataupun tidak. Dia menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan oleh manusia di muka bumi.

Televisi. Dunia khayalan bagiku. Kehidupan ideal yang ku idam-idamkan. Menjadi seperti aktor di dalam film-film televisi. Punya pacar, ganteng, dan kaya raya. Berkenalan dengan gadis, tanpa proses panjang dan dengan gampang langsung menuju ranjang.

Atau, kubayangkan diriku menjadi seorang anak band. Tanpa proses panjang dan dengan lagu-lagu pop romantis membius para gadis dan menjadi terkenal. Memakai pakaian dan gadget mahal produk asing. Membelanjakan uang bersenang-senang di kafe elit atau menghabiskan malam bersama gadis sewaan di diskotik bangsawan.

Enaknya menjadi masyarakat televisi, ingin ku hidup di dalamnya. Mencari banyak gadis lalu menikahinya, menjadi poligami tanpa ada tendensi kaum-kaum agamis. Sesudahnya membuat rumah diatas gunung, untuk kesehatan anak-anakku yang banyak, dan keturunan-keturunanku, nantinya akan menurunkan dinasti-dinasti dari seorang ayahnya yang bijak nan rupawan seperti pangeran Inggris.

Hidup tanpa agama juga bisa di dalamnya. Tidak ada aturan tumpang tindih. Bebas-sebebasnya tanpa dogma. Juga tak perlu repot membelanya mati-matian sampai mati, sampai perang. Dengan hidup sebebas-bebasnya tanpa batas, aku bisa hidup tenang mencari tempat tinggal di sudut kota Palestina ataupun Israel.

Hidup bebas. Hidup luang selamanya. Uang tiada habis. Aktivitas tiada mengikat. Aku benar-benar dapat berjalan-jalan kemana saja. Melintasi benua, mengarungi laut. Menembus hutan, mendaki gunung ke banyak penjuru negara. Lalu menyelam ke kedalaman paling dalam lautan-lautan di berbagai laut. Menjadi MAPALA sesungguhnya!

Tapi itu semua hanya khayalan, Cuma imajinasi saja. Khayalan jika benar-benar masuk ke dalam dunia televisi. Hidup didalamnya.

Itu semua tidak mungkin terjadi. Saya hanya melakukan pengandaian dan menelaah bagaimana dampak terlalu banyak menonton acara-acara televisi. Orang-orang cenderung tersugesti, hati terasa didorong tidak sadar setelah selesai menonton acara-acara kotak ajaib itu. Tergerak untuk melakukan apa-apa yang dilihatnya dari televisi. Terngiang terus di kepala apa-apa yang dilihatnya di televisi.

Tetapi tunggu dulu, terlalu banyak menonton acara-acara televisi yang bagaimana dulu? Tentu jika terlalu banyak tontonan positif maka baik-baiklah orang itu. Tetapi jika sebaliknya? Mungkin baik, mungkin tidak. Tergantung moral bagaimana yang orang itu punya.

Baik buruknya kualitas program televisi, menurut saya, bukan berdasar dari pendapat orang per orang. Program televisi, baik-buruk, dapat dicari menurut konteks waktu. Maksudnya begini, anak-anak tidak mungkin menonton acara dewasa – seperti talkshow hubungan istri-suami – pada dini hari. Seharusnya anak-anak sudah tidur saat itu. Menurut waktu, acara itu dikhususkan untuk umur diatas 17 tahun alias sudah akil baligh. Tapi masalah selanjutnya adalah, siapa yang harus bertanggung jawab? Orang tua? Apa pihak televisi yang seharusnya disalahkan?

Apakah acara tinju baik bagi anak-anak? Apakah acara talkshow baik bagi anak-anak? Apakah acara yang berbau seks dan kekerasan baik untuk anak-anak? Dll. Semua kembali kepada pengawasan dan kontrol waktu yang ketat oleh pihak orangtua – solusi terakhir ketika KPI hilang keberaniannya.

Di posisi seperti ini, televisi selalu dikambinghitamkan. Dan dengan kejadian seperti ini televisi sampai detik ini, oleh para kaum intelektual dan akademis selalu menjadi objek kesalahan. Padahal, pihak orangtualah yang menurut saya bertanggung jawab jika ada suatu persoalan seperti diatas.

Pernyataan bahwa dewasa ini program-program televisi tidak bermutu adalah sesuatu yang salah kaprah dan hanya mementingkan satu sudut pandang saja. Tidak berpikir zig-zag – meminjam istilah CakNun – alias mempunyai sudut pandang banyak. Memikirkan lebih dalam lagi isu-isu mengenai televisi ini adalah hal mutlak bagi para akademisi. Tidak terkecuali saya.

Coba kita amati perihal apa dan bagaimana pendapat orang-orang mengenai tayangan sinetron. Pernahkah pada jam-jam penayangan sinetron kalian amati dan cermati di setiap sudut rumah ataupun warung-toko di setiap penjuru kota maupun tetangga-tetangga kalian yang menonton sinetron? Atau pernahkah kalian memergoki ibu kalian menonton sinetron?

Lalu coba ajak dialog mereka. Tanyai pendapat mereka tentang sinetron. Hasilnya pasti mengejutkan kalian, diluar ekspektasi kita. Jujur, saya tidak tertarik sama sekali dengan sinetron, tetapi harus diakui pula bahwa untuk sebagian ibu-ibu dan anak-anak, sinetron menjadi tayangan favorit. Kenapa? Kebanyakan para ibu mudah mencerna tayangan itu karena alur cerita yang ringan dan sederhana.

Inilah fakta. Tidak dapat dipungkiri. Sinetron telah menjelma menjadi sebuah kerajaan megah namun merakyat. Dan menjadi arena rekreasi akibat keresahan dan kesusahan ekonomi yang terus menerus melanda rakyat kecil. Lalu, apakah kita masih setia memakai satu sudut pandang? Dalam hal ini sudut pandang subjektif kita?

Televisi merupakan karya yang luar biasa hebatnya di dunia. Penemuan televisi mengakibatkan kemajuan yang luar biasa bagi peradaban manusia. Sistem komunikasi dan informasi tidak lagi dilakukan dengan cara-cara kuno. Hanya dengan mengakses internet, handphone, atau melihat tayangan program televisi, semua informasi dan komunikasi dapat dengan mudah diterima.

Tetapi jika tidak hati-hati dapat pula manusia terjerumus ke dalam efek-efek negatif penggunaan teknologi elektronik tersebut. Penggunaan secara berlebihan tanpa aturan menyebabkan manusia lupa akan peran sosial di masyarakatnya. Penggunaan teknologi elektronik dibutuhkan strategi khusus untuk menciptakan hubungan yang baik antara manusia dan barang-barang elektronik tersebut.

Di dalam keluarga saya, kotak televisi ditempatkan di ruang keluarga. Fungsinya adalah agar mudah diawasi dan mudah dikontrol. Menonton televisi dilakukan setiap hari oleh setiap anggota keluarga. Menonton televisi secara bersama-sama tidak wajib dilakukan di keluarga saya, karena setiap pribadi mempunyai kesukaan yang berbeda. Tidak mungkin dipaksakan. Bapak, Ibu, Kakak, Adik, dan saya memiliki program acara favorit sendiri-sendiri. Terkadang waktunya bentrok untuk melihat acara favorit setiap pribadi. Yang akhirnya hanya berujung pertengkaran dan niat untuk menonton hilang begitu saja.

Televisi adalah simbol toleransi, hemat saya. Televisi ditempatkan di ruang keluarga bukan tanpa sebab. Di ruang keluarga selalu tercipta suasana hangat dan ruang-ruang diskusi. Disitu televisi mempunyai peran penting. Tayangan yang ditonton mencerminkan diri kita. Mencerminkan sikap dan perilaku kita di luar rumah. Mencerminkan pula bahan pelajaran apa saja yang didapat di luar rumah. Secara otomatis tayangan televisi setiap pribadi akan berbeda. Itu dipengaruhi juga dengan lingkungan pergaulan sehari-hari kita. Dan dengan perbedaan itu semua, apakah kita sanggup untuk hidup rukun dan saling menghormati?

Sekian.