Selasa, 28 Oktober 2014

Membutuhkanmu & Kemaluan Kemaluan Di Dalamnya




Tulisan ini kubuat ‘tuk melepas dahaga 'kelegaan seusai pentas' dan semoga juga tulisan yang tidak terlalu panjang ini sudah cukup untuk mewakili perasaan dan rasa terima kasih kepada teman-teman. Buah pikir ini tercipta setelah kami manggung dalam pembukaan pameran 3M Project #1 bertajuk Beyond Bachelor: Myths tepatnya di studio Ace House Collective, Sabtu, 18 Oktober 2014 lalu.

Bagi sebagian teman yang belum mengenal jauh tentang Membutuhkanmu, mungkin mereka akan menganggap nama ini adalah akun personal atau seorang pribadi yang sedang patah hati. Bagi sebagian teman pula, Membutuhkanmu hanyalah sebuah nama yang ikut-ikutan alay sekedar pengen eksis.

Sesungguhnya, aku kurang setuju kalau Membutuhkanmu adalah milik satu orang pribadi dan juga pengen mejeng eksis aja. Ku lebih senang menyebut Membutuhkanmu sebuah grup, sebuah ‘proyek galau bersama’ dan jika proyek ini tidak pernah terjadi maka aku akan selamanya hidup di dalam lubang kemaluan. Ketika wacana proyek ini pertama kali diajukan, ada rasa ragu dan takut. Saat itu menjelang Babad Alas ke-4, Mas Abud dan Mas Aim mengajak untuk memusikkan puisi-puisi yang kubuat. Mereka berdua bak pencabut nyawa yang tiba-tiba datang dan bertanya, “Iyakan atau kucabut nyawamu sekarang!”. Kulangsung mengiyakan tanpa berpikir panjang. Seketika ketakutan-ketakutan mulai merangkak naik dari ujung kaki ke ubun-ubun kepala. Aaah! Dipikir karo mlaku!

Salah satu ketakutan yang paling besar hinggap di kepala adalah rasa minder untuk menampakkan puisi-puisiku kepada khalayak ramai. Ah! Puisi-puisiku tidak berarti apa-apa. Tidak bermakna dan dangkal. Di titik inilah aku merasa tidak pede! Unsur ketidakpedean yang lainnya adalah pengalaman bermusikku yang nol besar. Mungkin Abud, Aim, dan Kang Deri merasa jengkel karena suaraku yang jelek ataupun ketika suaraku tidak pas masuk ke aransemen :) maafkan daku teman-teman hehehe.

Sejujurnya, Ku tak pernah mempunyai tujuan untuk menampakkan puisi-puisi ke atas panggung dan ditonton oleh muka umum. Jika ada pertanyaan ‘kenapa kamu menulis puisi dan puisi itu kamu bagi lewat blog dan medsos lainnya itu untuk apa?’ Kujawab lantang: karena itu merupakan kesukaanku, tidak ada capaian khusus terhadap aktivitas itu. Kalaupun hasil di waktu depan berbeda, aku selalu menganggap itu sebuah berkah, sebagai pintu masuk ke area-area pertemanan yang baru.

Di tulisan ini, spesial ‘kan aku haturkan pengakuan dari palung hati. Ku sangat berterima kasih sekali, beribu-ribu rasa terima kasih untuk Andri William dan Lukman Hakim Adinegara. Entah disadari atau tidak, Mereka telah memancing emosi performku keluar dan menguji sejauh mana sikap beraniku dalam menyatakan sebuah karya. Kuakui juga, mereka berhasil mengeluarkan diriku dari kemaluan dan ketakutan yang mendera. (tapi diriku masih malu untuk mengajak kenalan cewek)

Berkat mereka berdua jugalah, aku mengalami suatu pengalaman estetik yang baru. Orgasme berpuisi di atas panggung. Berlenggak-lenggok semaunya. Merokok sesuka hati, menari-narikan kepulan asap. Yah, walaupun canggung masih memayungi setiap ujung gerak, tetaplah Membutuhkanmu adalah tempat pelampiasan yang baik bagi orang sok kesepian macam diriku.

Bagiku, Membutuhkanmu adalah ruang ekspresi di atas panggung, berupa pembacaan puisi dan iringan gitar serta kajon. Jika ada seseorang yang membacanya sebagai tempat pernyataan ideologi kelompok, ya, terserah saja. Aku menyatakan, Membutuhkanmu merupakan sikap bersenang-senang untuk merayakan semua keresahan dan kekalahan cinta yang pernah dialami oleh masing-masing personil :)

Akhirnyalah, harus kusudahi tulisan ini. Jika terlalu banyak kutakut berlebihan, dan jika berlebihan nantinya dimarahi agama. Wassalam!


Pentas pertama dalam acara Babad Alas #4 (Sumber visual: akun @BEMFSMR

Pentas ke-2 dalam acara Sewon Calling #3 (Sumber visual: diambil dari instagram Putud Utama)
Pentas ke-3 dalam acara Youth of Summer  (Sumber visual: diambil dari instagram Maria Antonia)

Pentas ke-4 dalam acara 3M Project #1

Pentas ke-4. Dari kanan ke kiri: Aim, Abud, Aku, Kang Deri (Sumber visual: Esza Parapaga)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar