Kamis, 31 Maret 2011

Air Kopi dan Setengah Rokok Rasa Sendu

Kamu adalah fatamorgana
Membuatku bingung dan pusing mengeliling
Jikalau engkau tampak
Dimana kau nampak?
Jangan membuat rasa ini semakin mengencang
Tahukah kamu, aku selalu memikirkan dan memegangi tangan putih berkerut mu dalam mimpiku
Itu impianku terhadap ikhtisar cinta ini
Bukan sekedar pohon tanpa pupuk
Atau pupuk tanpa cacing
Ataukah aku hanya satu pohon tanpa cacing?
Hati ini bagai padang tanpa isi
Pasir kerinduanku sudah habis tercecer
Hijrah bersama tetesan air mata
Kau lagi, kau lagi …
Tak pernah berhenti aku melamun
Menunggu koran tawa dari titah-titahmu
Selalu menunggu di bangku tua tanpa pegangan tangan ini
Air kopi dan setengah rokok rasa sendu
Mengencani diriku setiap malam
Menggantikan rinduku yang hilang
Ku hirup kebulnya, kumakan apinya biar berkaca mata ini sekalian

Sosok malam dengan anginnya mengamati miris
Kuajak sekalian mereka dalam pangkuan
Pangkuan itu aku goyang-goyangkan
Sampai intim sampai angin menggerayangi mulut
Lalu hidung,
lalu hati,
Lalu .. aku ..
Aku masuk angin! aku kemasukan angin!
Aku minum angin!
Aku bercanda dengan angin ... aku bercanda dengan sunyi …
Bercanda dengan dingin … bercanda tanpa dirimu
Tanpa hadirmu
Lagi ..
Lagi ..
Lagi-lagi kehilangan sosokmu

Doa-doa tentang dirimu
Kudengungkan saat sujud
Saat lima waktu aku jalankan
Saat tersesat dalam pesat hari
Selalu kuharap kau menerima rintihan doaku
Semoga doa itu terkabul dengan sosokmu di depanku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar