Rabu, 26 September 2012

Karya Seni Bukan Seperti Membuat Mie


Produk kesenian tidak terlepas dari rancangan ataupun susunan-susunan konsep yang disengaja. Para seniman tidak hadir begitu saja di muka bumi dengan karya seni yang dibuatnya. Mereka hidup dengan penuh proses serta belajar terus-menerus sesuai bidang seni masing-masing. Ibarat membuat keris, semakin banyak dan tekun dalam menempa, semakin baik juga kualitas keris yang dihasilkan. Seniman juga tidak serta merta sesuka hatinya membuat karya. Walaupun di dalam seni, seniman dituntut untuk selalu liar dalam berimajinasi dan proses kreatif tetapi wajib pula mereka mempertanggungjawabkan hasil karya yang dibuat.
Hasil karya seni dibagi dalam 3 haluan besar. Yaitu seni rupa, seni pertunjukan, dan seni audio visual. Ketiga-tiganya merupakan disiplin ilmu yang membutuhkan keseriusan dan fokus mendalam. Seorang seniman sesungguhnya akan menolak mencipta karya dengan instan karena sikap tersebut merupakan pembohongan besar-besaran terhadap dirinya sendiri. Ada kesadaran di setiap seniman untuk tidak berupaya instan di dalam setiap hasil karyanya. Pencipta karya juga tidak akan bekerja dengan asas buru-buru maupun hanya untuk mendongkrak popularitas belaka. Mereka percaya, popularitas akan muncul sendirinya asal tetap konsisten. Demi mendapatkan nilai estetika tinggi, tidak jarang seniman rela meninggalkan kehidupan sehari-harinya hanya untuk menciptakan sebuah karya. Dalam mencipta karya, seniman juga mengimbangi rasa etikanya dengan  bersosialisasi di kantong-kantong perkumpulan masyarakat. Dengan begitu referensi dalam mencipta karya semakin banyak dan karya yang dihasilkan semakin matang. Begitulah pendekatan empiris sangat dibutuhkan bagi para seniman.
Hasil karya seni tidak mutlak universal. Artinya, kesenian hadir tidak selalu disambut suka cita dan rasa senang dari masyarakat. Ada penolakan dari masyarakat terhadap hasil karya seni tersebut. Contohnya adalah pro-kontra di dalam masyarakat terhadap bentuk visual manusia telanjang. Walaupun peristiwa tersebut telah menjadi masalah besar di negara ini tetapi seolah-olah pemerintah dan masyarakat seni –para seniman, tutup mata dan kurang mengkaji permasalahan tersebut yang jelas-jelas sudah menimbulkan ekses-ekses tertentu. Di negara-negara barat permasalahan diatas sudah menjadi sebuah karya seni yang dihargai. Objek ini diidentikkan dengan nilai estetika indah nan sakral. Tidak lagi disikapi sinis oleh masyarakat disana. Latar belakang sejarah mempengaruhi hal ini. Peradaban barat yang dibentuk oleh diskusi pemikiran dan kajian mendalam selama beratus-ratus tahun yang lalu telah membuat peradaban ini maju dalam segala bidang. Tidak terkecuali di bidang karya seni. Dengan perbedaan diatas dapatlah kesimpulan bahwa proses berkarya di negeri ini dan di negara-negara barat berbeda, tidak dapat disamakan apalagi dipaksakan cara-cara sudut pandang tertentu dalam menilai karya seni seseorang. Alasan diatas pulalah yang menyebabkan penghargaan atas hasil karya seni di negeri ini kurang. Seni masih dianggap pekerjaan membuang-buang waktu dan aktivitas kurang kerjaan. Lebih parahnya di era sekarang, seni dianggap tidak menghasilkan uang alias masa depan suram. Sungguh dangkalnya otak seseorang jika berkata seperti itu. Apakah hidup makmur sejahtera selalu diidentikkan dengan seberapa banyak uang yang didapat? Alasan ini jugalah yang mengakibatkan seni mendapatkan perlakuan sinis masyarakat Indonesia.
Terlepas dari sisi subjektif ataupun objektif, karya seni tidak dapat berdiri sendiri tanpa pembuatnya. Penglihatan hasil karya orang awam dan orang seni –orang yang lama berkecimpung dalam seni, berbeda. Orang awam biasanya melihat karya seni didasari atas hiburan semata tanpa lebih lanjut mendalami makna-makna objeknya, teknik-teknik, dan proses berkesenian sang seniman. Tetapi dengan penglihatan awam tersebut banyak seniman berpendapat lain, mereka berkata bahwa penglihatan awamlah yang mepunyai suara-suara objektif terhadap karyanya, apakah karyanya dapat menyampaikan pesannya dengan baik atau tidak. Lain halnya dengan orang seni. Mereka melihat karya seni sebagai sesuatu mahakarya tinggi manifestasi Tuhan dalam wujud lukisan, pertunjukan, dan video. Mereka juga melihat karya seni dari sudut pandang proses panjang seniman. Mereka berpendapat bahwa proses berkarya seniman sangat mempengaruhi hasil karya seniman tersebut. Tidak jarang pula orang seni yang hobi mengoleksi lukisan menghargai karya seni tersebut dengan harga tinggi. Itulah sebabnya kenapa lukisan Bob Sick –yang hanya berupa coretan-coretan abstrak, banyak dicari orang.
Kesimpulannya, seni bukanlah hal instan. Seni membutuhkan perjalanan proses panjang dan seringkali melelahkan. Seni juga merupakan sesuatu hal yang dikonsep dan tersusun atas rancangan-rancangan teliti dan detail yang disengaja. Dan juga didasari atas nilai etika, logika, dan estetika sehingga mampu menghasilkan sebuah hasil karya seni yang mempengaruhi segala sendi kehidupan manusia.

1 komentar: