Bulan itu
kini menempel
di keningnya
menebar damai
setiap manusia
yang melihat
Akankah ia
seperti
dulu?
Bersinar tanpa lelah
setiap waktu?
Sabtu, 14 Desember 2013
Minggu, 20 Oktober 2013
Di Sebuah Tempat yang Tersembunyi
Aku tidak sadar bahwa
selama ini aku
diamati oleh sebuah mata,
kematian
Di belakang di dalam kepalaku
Ia tampak sedang membangun istananya
batu-batu, kayu-kayu,
benih pohon kamboja, dan tanah merah
lengket
Ia membangun nisan,
sebuah makam untukku
Ahad,
20 Oktober
2013
Jumat, 02 Agustus 2013
Sepi dengan Huruf Besar
Sepi
Kesepian
Hening
Keheningan
Mati
Berduaan
Pusing
Berduaan
Aku
Engkau
Aku
Engkau
Tiada
Tidak ada
Puasa
Punya asa
Lalu lintas lebaran
Setiap tahun seperti roda
Baik dan buruk
hanya dimiliki oleh
manusia-manusia penakut
Takut hidup
Takut membuka cakrawala
Takut bertindak
Takut mencoba hal baru
Dan akhirnya menjadi manusia-manusia dahulu
Tidak belajar dari sejarah.
Peperangan.
Agustus 2013, Pusat Kota
Selasa, 30 Juli 2013
Memejam Mata
Di malam-malam yang dingin
keluarlah rasa ingin
Menari-nari seperti daun beringin
mencari makna masangin
29 Juli 13, Cepokojajar
keluarlah rasa ingin
Menari-nari seperti daun beringin
mencari makna masangin
29 Juli 13, Cepokojajar
Selasa, 23 Juli 2013
Januari di Bulan Jenuh Hari
Januari...
Disaat hujan berhari-hari
Datanglah tangis merpati
Ingin lupakan mimpi-mimpi
Di pukul dua belas pagi
Keluarlah kali-kali kecil dari air mata suci
Meluaplah juga ungkapan-ungkapan hati
Dari seseorang yang kusebut bidadari
Aku, memandangmu seperti melati
yang tak bisa menahan embun pagi
tak bisa juga menunggu hangat mentari
Layu layaknya hendak ingin mati
Jangan dulu Kasihku,
tenggaklah sari pati kopi untuk selimuti.......
Yk, 17 Juli 2013
Disaat hujan berhari-hari
Datanglah tangis merpati
Ingin lupakan mimpi-mimpi
Di pukul dua belas pagi
Keluarlah kali-kali kecil dari air mata suci
Meluaplah juga ungkapan-ungkapan hati
Dari seseorang yang kusebut bidadari
Aku, memandangmu seperti melati
yang tak bisa menahan embun pagi
tak bisa juga menunggu hangat mentari
Layu layaknya hendak ingin mati
Jangan dulu Kasihku,
tenggaklah sari pati kopi untuk selimuti.......
Yk, 17 Juli 2013
Selasa, 02 Juli 2013
Asu
Setiap malam ada asu
hinggap di kepala
mengonggong menganggu
lelap tidurku
Gedung Pasca UGM/4 Juni 2013
hinggap di kepala
mengonggong menganggu
lelap tidurku
Gedung Pasca UGM/4 Juni 2013
Illustrasi oleh Arda Awigarda
Jumat, 28 Juni 2013
Tai
Tai
Itu sesuatu di balik matamu
Yang kalau kamu melihat,
semuanya tidak berarti apa-apa
Lalu lihatlah cermin
Ada aku disitu
29 Juni 2013/JNM
Rabu, 05 Juni 2013
Daun-daun Kamboja
Daun-daun kamboja menjadi senja
Di sebelah barat aku melihat mata
yang sendu
yang muram
yang murung
Selalu saja bikin gerah
KKF, 4 Juni 2013
Di sebelah barat aku melihat mata
yang sendu
yang muram
yang murung
Selalu saja bikin gerah
KKF, 4 Juni 2013
Rabu, 15 Mei 2013
Tali
Ada tali menggantung bundar,
di tengah dua mata
memandang menyeru kasih
kepadaku
Ia menari-menari,
menggoda diam
menyeret hampir
seluruh jiwa, mati
Ku tak bisa kutik,
tak bisa gerak
memandangmu tuk ikut
ke dalam lingkar
Ada tali digantung,
menari-nari
menggoda jiwa
menumbuh nafsu
Di pojok-pojok waktu,
diam-diam tali menyekap diri
dengan yang menggantung
di tengah dua mata, tali
di tengah dua mata
memandang menyeru kasih
kepadaku
Ia menari-menari,
menggoda diam
menyeret hampir
seluruh jiwa, mati
Ku tak bisa kutik,
tak bisa gerak
memandangmu tuk ikut
ke dalam lingkar
Ada tali digantung,
menari-nari
menggoda jiwa
menumbuh nafsu
Di pojok-pojok waktu,
diam-diam tali menyekap diri
dengan yang menggantung
di tengah dua mata, tali
Sabtu, 11 Mei 2013
Ombak Pantai Selatan
Ombak Pantai Selatan
Seperti gejolak ramai jalanan
Seperti gelisah menggebu-gebu
Seperti resah memaksa mendesah desak
...
Ingin menemui, disana ...
Di tengah lautan hening
Di bawah bintik putih jerawat langit
Di hangat alas bumi
Angin berhembus merasuk
Saat dengung doa rindu kulepas ke alam raya
Percaya hal itu sebagai jawab
Rindu telah sampailah kepada tujuan
...
Ombak-ombak masih berkejaran dalam diri,
diantara laut daratan ku berdiri,
bertanya kepada hati,
sampai kapan berharap pada bintang jatuh?
Pantai Baru, 10 Mei 2013
Seperti gejolak ramai jalanan
Seperti gelisah menggebu-gebu
Seperti resah memaksa mendesah desak
...
Ingin menemui, disana ...
Di tengah lautan hening
Di bawah bintik putih jerawat langit
Di hangat alas bumi
Angin berhembus merasuk
Saat dengung doa rindu kulepas ke alam raya
Percaya hal itu sebagai jawab
Rindu telah sampailah kepada tujuan
...
Ombak-ombak masih berkejaran dalam diri,
diantara laut daratan ku berdiri,
bertanya kepada hati,
sampai kapan berharap pada bintang jatuh?
Pantai Baru, 10 Mei 2013
Rabu, 08 Mei 2013
Kembang Sajak Untuk Ibu
Selamat hari kelahiran Ibu,
tunggulah dengan sabar anakmu besar
dan kembang melati yang sekarang tumbuh di rambutmu
biarkan cucu-cucumu esok memetiknya.
9 Mei 2013/55 Tahun
9 Mei 2013/55 Tahun
Warung Senja
Warung senja
Matahari tak disebut
Sebab itu kata terlarang
Diantara mereka berteduh sapa
Remang bulan tertangkap
Pada redup lampu
Yang menunggu percakapan
Percakapan bungkuk
Mengenang kenang masa muda
Tentang gerilya, rok seksi,
dan sepasang kacamata
Malam di tempat senja
Waktu berhenti
Mengendap di dasar teh
Sembunyi takut
pada pengalaman-pengalaman
Yang berbuah kebebasan
dari keji kolonial
Matahari tak disebut
Sebab itu kata terlarang
Diantara mereka berteduh sapa
Remang bulan tertangkap
Pada redup lampu
Yang menunggu percakapan
Percakapan bungkuk
Mengenang kenang masa muda
Tentang gerilya, rok seksi,
dan sepasang kacamata
Malam di tempat senja
Waktu berhenti
Mengendap di dasar teh
Sembunyi takut
pada pengalaman-pengalaman
Yang berbuah kebebasan
dari keji kolonial
Selasa, 07 Mei 2013
Minggu, 05 Mei 2013
#4
kekasih, engkau tau kenapa diciptakan sepasang tangan?
untuk menyeka luka dari bibir juga matamu
kekasih, engkau tau kenapa diciptakan sepasang mata?
untuk menangkap dan menyergap tatap gelisahmu
kekasih, engkau tau kenapa diciptakan sepasang kuping?
untuk mendengar jerit sepi yang setiap malam datang padamu
kekasih, engkau tau kenapa diciptakan sepasang kaki?
untuk melangkahkan niat menuju rumah rindumu
Kekasih, kepada-Mu aku berserah
#3
Ia menjadi redup, muram
Terlihat sedih, sinarnya suram
Sudah dipukul tiga Ia masih saja terjaga?
Berbagilah cerita: tentang luka derita
Terlihat sedih, sinarnya suram
Sudah dipukul tiga Ia masih saja terjaga?
Ada apa?
Apakah hatinya hilang dicuri luka?
Atau lupa Ia kunci hatinya?
Apakah hatinya hilang dicuri luka?
Atau lupa Ia kunci hatinya?
Berbagilah cerita: tentang luka derita
Ia ternyata malu
Bercerita sesuatu
Atau mungkin masih merasa lugu
Dikira-nya yang Ia temui makhluk kecu
Lalu, di dalam malam kemarau
Terdengar suara serak parau
Dari seorang galau
Diam-diam dia berdoa kacau:
"Kembalilah padamu yang dulu yang asal. Senyum merona. Bersinar terang laksana rembulan. Selamatilah hidupmu"
"Kembalilah padamu yang dulu yang asal. Senyum merona. Bersinar terang laksana rembulan. Selamatilah hidupmu"
Kamis, 02 Mei 2013
#2
Waktu. Detak-detik
yang terus maju menggiring matahari ke peraduannya. Berganti malam berubah
kelam. Lalu menghitam ke langit-langit pikiran.
“Apa
yang harus kulakukan?”
Waktu
terus melaju. Mengacuhkan pertanyaanku. Sementara aku terus saja memandangi
deret angka-angka. Dan layar kecil ajaib di tangan kananku. Lama. Aku terdiam
lama. Menjenuhkan. Asu!
Waktu.
Waktu terus melaju. Meninggalkan yang lalu, aku! Aku masih berdiam mencari
jawab. Mencari-cari titik gelisah.
“Apa
yang harus kulakukan?”
Waktu.
Waktu terus melaju. Meninggalkan yang lalu, aku! Aku telah dipecundangi. Kumbil
sebatang aroma, kuremas, kumamah, lalu kumakan!
“Setidaknya
aku tahu cara semangat!”
Sabtu, 20 April 2013, Semesta
Minggu, 21 April 2013
Engkau Yang Maha
Aku kekasih-Mu. Penuh salah juga dusta. Maka lengkapi
diriku. Cumbu aku dengan mesra. Kecup keningku dengan hampa cinta dunia.
Aku kekasih-Mu. Penuh ragu dan kebimbangan. Maka pukul
diriku. Tampar aku dengan kesabaran terus tak berhenti. Tonjok wajahku dengan waktu
yang tak kunjung berjawab.
Aku kekasih-Mu. Dengan segala gulana dan rasa gundah. Tangisi
diriku bersama hening. Bersama muram sinar rembulan. Juga janji alam kepada
semesta.
Kekasihku. Maafkan. Sungguh aku makhluk tiada ucap syukur. Maka
jauhkan surga. Maka dekatkan neraka. Putuskan jembatan kasih-sayang. Hukum aku
dengan cambuk tanpa asmara.
Kekasih hatiku. Untuk-Mu aku berserah. Segala doa
kupanjatkan. Kudengungkan. Kurasukkan. Kugenggam erat. Kemana dan dimana ku
pijak dunia ini. Dunia fana, dunia derita luka.
Kekasihku, kekasihmu juga….
Alhamdulillah ku bersyukur kepada-Mu
Sabtu, 30 Maret 2013
Ke-ka-sih
Rasa tidak akan pernah ajeg. Kalaupun ada itu hal yang mustahil.
Rasa tidak akan pernah berhenti di satu posisi. Rasa akan selalu bergerak mencari titik-titik ketenangan, kenyamanan, keheningan, dan segala sifat-sifat menentramkan lainnya. Dengan proses sedemikian rupa, rasa akan selalu dihinggapi kegelisahan, kegundahan, dan kebimbangan, juga keraguan. Sebelum akhirnya menemukan posisi damai. Proses ini seperti roda berputar, rasa selalu mengalami tingkat kenyamanan sebelum akhirnya kembali ke tingkat paling pahit, dan seterusnya- dan seterusnya, selalu bergerak berputar.
Itulah alasan mengapa Gusti menciptakan dan memberikan seseorang pria atau wanita, yang dengan segala sifat maupun sikap-nya, mereka saling kasih- mengasihi, lalu saling menyematkan status diantara keduanya yang tak tervisualkan kata ataupun gambar, yaitu kekasih.
Kekasih, saling menyayangi, mengasihi satu sama lain, puncak proses pencarian jati diri, menyelami dan menemukan ketentraman rasa yang terus bergerak dan berlarian kesana kemari.
Kekasih, proses mencari kelemahan-kelemahan diri hingga akhirnya lahir sebuah sikap saling mengalah, saling memahami, juga saling bersabar demi memperoleh ketenangan-keheningan rasa.
31 Maret 2013
Di dalam kata-kata
Rasa tidak akan pernah berhenti di satu posisi. Rasa akan selalu bergerak mencari titik-titik ketenangan, kenyamanan, keheningan, dan segala sifat-sifat menentramkan lainnya. Dengan proses sedemikian rupa, rasa akan selalu dihinggapi kegelisahan, kegundahan, dan kebimbangan, juga keraguan. Sebelum akhirnya menemukan posisi damai. Proses ini seperti roda berputar, rasa selalu mengalami tingkat kenyamanan sebelum akhirnya kembali ke tingkat paling pahit, dan seterusnya- dan seterusnya, selalu bergerak berputar.
Itulah alasan mengapa Gusti menciptakan dan memberikan seseorang pria atau wanita, yang dengan segala sifat maupun sikap-nya, mereka saling kasih- mengasihi, lalu saling menyematkan status diantara keduanya yang tak tervisualkan kata ataupun gambar, yaitu kekasih.
Kekasih, saling menyayangi, mengasihi satu sama lain, puncak proses pencarian jati diri, menyelami dan menemukan ketentraman rasa yang terus bergerak dan berlarian kesana kemari.
Kekasih, proses mencari kelemahan-kelemahan diri hingga akhirnya lahir sebuah sikap saling mengalah, saling memahami, juga saling bersabar demi memperoleh ketenangan-keheningan rasa.
31 Maret 2013
Di dalam kata-kata
Kamis, 28 Februari 2013
Untukmu...
Ketika kata tak terucap
Ketika kata tak terucap, kau tahu...
aku hanya memikirkan bagaimana cara merindukanmu dengan baik...
Lalu diam beberapa detik atau bahkan menghabiskan
menit
Bukan berarti obrolan kita selesai
Rasakan, aku minta hanya rasakan
Atmosfer sekitarmu, suara dalam dirimu, atau
coba dengarkan perasaan orang-orang sekitarmu
Kasih aksen pada meja ini
Pesanlah kopi, bakarlah kretek sampai pagi
Kecup perlahan rasakan hangat di tepian cangkirnya
Hirup kuat kretek-mu hempaskan keluar, bebas!
Lihatlah kelak-kelok asap, betapa fleksibel betapa
liar lalu hilang!
Seperti juga hidup, eksis lalu tiada!
Percakapan menghidupi kita
Di dalam semesta di bawah langit berbintang
Tembok kita tembok udara
Tidak ada pagar pembuat batas
Kita saling berbalas santun,
bertukar rupa, bahkan ejek-terjelek
bertukar rupa, bahkan ejek-terjelek
Ketika kata tak terucap, kau tahu...
aku hanya memikirkan bagaimana cara merindukanmu dengan baik...
Ketika Waktu Menjadi Batu
Mataku tertuju pada dinding batu...
Mendengar semua tingkah laku
Kegelisahan biarlah tak terucap,
keresahan biarlah terpendam
Menikmati kesepian mengolah rasa
Terdiam....
Memang sengaja diam
Membaca rupa membaca waktu,
wajah kita berdua
Berkerut mengernyitkan dahi,
perlahan menikmati detakan jantung,
perlahan mengatur lenguh nafas
Mencari dan mencipta ritme agar semua komponen menjadi nyata,
berirama saling paham
Mataku tertuju pada dinding batu...
Mendengar semua tingkah laku
Kegelisahan biarlah tak terucap,
keresahan biarlah terpendam
Menikmati kesepian mengolah rasa
Terdiam....
Memang sengaja diam
Membaca rupa membaca waktu,
wajah kita berdua
Berkerut mengernyitkan dahi,
perlahan menikmati detakan jantung,
perlahan mengatur lenguh nafas
Mencari dan mencipta ritme agar semua komponen menjadi nyata,
berirama saling paham
Mataku tertuju pada dinding batu...
Selasa, 29 Januari 2013
Air Terjun Cengkehan
Lokasi dusun cengkehan, desa wukirsari, kecamatan imogiri, kabupaten bantul, DIY
Foto : Faizal Nur Achmad
Minggu, 13 Januari 2013
Hujan
Hujan
masih lebat di luar sana
Suara
gemuruh petir saling sahut diatas langit
Para
dedaunan seirama berlenggak-lenggok mengikuti angin
Rintik
bercumbu dengan tanah, mesra
Air
menggenang dan gelombang kecil tercipta
“Pak, hujan kapan
reda?”
Dia menatap mata
bapaknya. Bapaknya tetap acuh. Tak dihiraukan suara anaknya itu.
Sang bapak masih
terlihat khidmat dengan pandangannya. Melihat dengan seksama keadaan diluar
rumah. Hujan bertambah deras.
Angin bertambah
kencang. Suara air bertambah keras. Kodok-kodok menciptakan bebunyian ritmis dan
harmonis.
Teh panas. Kebulnya
tipis keluar dari gelas. Warnanya yang coklat bata mengingatkan akan kematian,
warna tanah. Wanginya harum dan pekat membuat kenangan-kenangan tak sengaja
tercium kembali. Memori masalalu datang bersama hujan dan ruang keluarga.
“Pak?”
“Ya?”
“Kenapa tidak juga
berhenti?”
Bapak menoleh pelan
kepada si buah hati. Dia hanya bisa tersenyum. Dielusnya rambut si anak
beberapa kali. Mereka saling bertatapan.
“Habiskan susumu”
“Biarkan hujan berhenti
dengan sendirinya, Nak. Duduklah tenang dan nikmati saja”
Bau tanah menyebar ke
penjuru ruangan. Sang anak menempelkan kepala ke dada bapaknya. Tersenyum lalu
tertidur pelan. Hujan masih tetap sama. Si bapak memeluk erat badan anaknya. Dipandangnya
buih air pada kaca jendela. Kenangan, pikirnya. Bau tanah menyebar ke penjuru
ruangan. Dingin mulai menusuk. Irama air bersahut-menyahut mensyahdukan ruangan
keluarga. Hujan masih tetap sama. Bapak menghirup nafas dalam. Ditahannya beberapa
saat. Lalu perlahan dikeluarkannya suara pelan.
“Hujan malam ini sangat indah, Dik”
Bau tanah menyebar ke
penjuru ruangan. Hujan masih tetap sama.
Rabu, 02 Januari 2013
Membaca Lewat Foto
Dari waktu ke waktu
penggunaan teknologi untuk mengaktualisasi diri semakin tinggi. Di era
digitalisasi sekarang memungkinkan manusia untuk tampil ke khalayak. Salah satu
medianya adalah jejaring sosial. Adanya media ini membuat orang-orang berlomba
untuk menunjukkan eksistensi mereka.
Facebook
merupakan
salah satu jejaring sosial yang digemari masyarakat kebanyakan. Ia seakan
makanan wajib bagi orang-orang. Barangsiapa belum memiliki akun ini rasanya
kurang mantab menjalani aktivitas sehari-hari.
Jejaring sosial ini
memiliki fitur lengkap daripada lainnya. Ia memungkinkan kita untuk menambah
dan menyimpan berbagai informasi atau identitas tentang kita. Mulai dari
biodata, tempat untuk mengutarakan pendapat (baca: wall) hingga layanan mengarsip foto-foto. Seiring berjalannya hari
bersamaan dengan aktivitas kita, mau tidak mau merangsang orang-orang untuk meng-update terus informasi tentang diri di
dalam akun FB masing-masing.
Foto
Profil Cerminan Diri
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari
kata Yunani yaitu "photos" :
Cahaya dan "Grafo" :
Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Istilah umumnya, fotografi berarti proses atau
metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan
cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling
populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Dunia ini sudah semakin
canggih. Teknologi-teknologi paling anyar dihasilkan. Hubungan komunikasi lebih
gampang. Memungkinkan kita untuk memperpendek waktu dan jarak. Rasa kangen
seseorang terhadap seseorang lainnya kini tidak lagi harus ditempuh
susah-susah. Hanya dengan mengakses internet, memiliki akun FB, dan berselancar
di dalamnya, kita, setidaknya telah mengobati kerinduan yang mengendap.
Handphone berkamera,
DSLR, smartphone, dsb yang dimiliki oleh para masyarakat Indonesia benar-benar
dimanfaatkan dengan baik disini. Dengan alat-alat ini, seseorang dengan mudah
mengambil gambar dengan segala pose dan latar belakang. Penggunaan teknologi
perekam yang canggih tidak disia-siakan, apalagi oleh anak-anak muda jaman
sekarang.
Keadaan ini
mempengaruhi gaya hidup dan berpakaian anak-anak muda. Agar terlihat seperti
yang dicitrakan akun FB-nya, mereka berusaha tampil modis dan selalu update “fashion hari ini”. Juga dalam
berperilaku terkadang mereka terkesan memaksakan – menempelkan – citra gambarnya.
Foto profil seseorang
di akun FB juga bisa menjadi pusat riset kecil-kecilan. Foto profil ini juga
dapat memberikan kesimpulan kecil karakter seseorang. Dengan melihat “penampakan”
gambar seseorang di akun FB seseorang, kita mengamati dan mencermati –
mereka-reka – sifat atau kehidupan orang yang di investigasi.
Tetapi, di dalam
facebook, kita tidak boleh secara instan dan mutlak melakukan justifikasi
ataupun proses pelabelan. Disini kita tak bisa sepenuhnya mengetahui isi kepala
seseorang tanpa melakukan proses dialog. Namun, secara garis besar, pemikiran
seseorang itu dapat dilihat dari ideologi visualnya – meminjam istilah John
Fiske.
Menurut pengamatan
saya, visual seseorang di dalam FB sangat mempengaruhi orang-orang untuk mengunjungi
akun FB-nya. Tetapi tidak semata-mata faktor fisik saja – walaupun ada
orang-orang yang secara tegas memakai faktor ini dalam melakukan komunikasi –
ada juga seseorang tertarik dengan foto-foto aktivitasnya.
Album foto, adalah yang
sering dikunjungi orang-orang jika mengakses FB. Alasannya sederhana, proses
pengenalan via dunia maya tidak hanya sebatas nama, tetapi juga harus memajang
atau melihat foto seseorang. Dengan rumus ini, foto disini menjadi hal vital
dalam mempengaruhi orang berkomunikasi.
Foto
Pemicu Kreatifitas
Secara mendalam, foto
profil facebook atau kumpulan-kumpuan
foto yang di upload merupakan obat
penumbuhkembangan ide. Dalam hal ini merangsang ego kita untuk bergerak. Ego untuk
berusaha menyaingi sesuatu yang dilihatnya – visual foto. Rasa tidak mau kalah,
dalam artian positif, muncul begitu saja ketika kita “mengunjungi” akun FB
seseorang.
Seperti yang saya kemukakan
diatas, zaman teknologi sekarang telah mempengaruhi kehidupan anak muda. Mulai dari
gaya berpakaian, kebiasaan, maupun ideologi pikirannya. Facebook adalah salah satu alat indikasi untuk mengetahui sifat-sifat
orang. Juga merupakan sebuah media penumbuh kecemburuan yang ampuh.
Bagaimana tidak? Banyak
orang yang tergerak hatinya untuk lebih menunjukkan siapa dirinya setelah “berselancar”
di FB. Dan berlomba-lomba untuk meng-upload
sebanyak-banyaknya foto dirinya atau bersama kawan-kawannya. Tak lain dan
tak bukan hanya ingin membuktikan bahwa dirinya ada. Eksis.
Bukti eksistensi yang
berupa foto di dalam FB semakin menjadi-jadi. Sekarang, tidak sahih rasanya jika
jalan-jalan tanpa potret-memotret. Tanpa mendokumentasikan acara.
Tetapi, jika kita
terlalu berlebihan dalam menerima produk budaya ini akibatnya fatal juga. Meng-upload
foto paling pribadi, menulis segala informasi yang bukan konsumsi publik, dan
menginformasikan secara serampangan perihal pribadi kita mengakibatkan image buruk bagi kita. Dan lebih parah
jika kita meng-upload yang bukan
milik kita dan bersifat rahasia, bisa-bisa kita dituntut atas dasar pencemaran
nama baik seseorang. Tapi apakah itu akan terjadi? Mungkin ya, mungin tidak. Tergantung
keseriusan calon pelapor sih.
Facebook
– yang merupakan produk budaya asing - dengan segala fitur, manfaat, dan
dampaknya sudah menjadi “kebiasaan” baru di masyarakat. Kita tak perlu ketakutan
dan lari tunggang langgang. Yang kita perlukan adalah mencermati dan membuat
celah. Menjadikan facebook museum arsip
pribadi atau sekedar pasar malam semata. Tetapi yang pasti, jangan sampai kita
diperalat olehnya. Apalagi menjadikannya semacam sesembahan di dunia.
Sekian!
Kotak Ajaib Keluargaku
Kotak ajaib itu bernama
televisi. Kotak berwarna berisi gambar-gambar gerak. Berisi dialog dan
pergerakan-aktivitas manusia. Baik yang direncanakan ataupun tidak. Dia menjadi
kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan oleh manusia di muka bumi.
Televisi. Dunia khayalan
bagiku. Kehidupan ideal yang ku idam-idamkan. Menjadi seperti aktor di dalam
film-film televisi. Punya pacar, ganteng, dan kaya raya. Berkenalan dengan
gadis, tanpa proses panjang dan dengan gampang langsung menuju ranjang.
Atau, kubayangkan
diriku menjadi seorang anak band. Tanpa proses panjang dan dengan lagu-lagu pop
romantis membius para gadis dan menjadi terkenal. Memakai pakaian dan gadget mahal produk asing. Membelanjakan
uang bersenang-senang di kafe elit atau menghabiskan malam bersama gadis sewaan
di diskotik bangsawan.
Enaknya menjadi
masyarakat televisi, ingin ku hidup di dalamnya. Mencari banyak gadis lalu
menikahinya, menjadi poligami tanpa ada tendensi kaum-kaum agamis. Sesudahnya membuat
rumah diatas gunung, untuk kesehatan anak-anakku yang banyak, dan
keturunan-keturunanku, nantinya akan menurunkan dinasti-dinasti dari seorang
ayahnya yang bijak nan rupawan seperti pangeran Inggris.
Hidup tanpa agama juga
bisa di dalamnya. Tidak ada aturan tumpang tindih. Bebas-sebebasnya tanpa
dogma. Juga tak perlu repot membelanya mati-matian sampai mati, sampai perang. Dengan
hidup sebebas-bebasnya tanpa batas, aku bisa hidup tenang mencari tempat
tinggal di sudut kota Palestina ataupun Israel.
Hidup bebas. Hidup luang
selamanya. Uang tiada habis. Aktivitas tiada mengikat. Aku benar-benar dapat
berjalan-jalan kemana saja. Melintasi benua, mengarungi laut. Menembus hutan, mendaki
gunung ke banyak penjuru negara. Lalu menyelam ke kedalaman paling dalam
lautan-lautan di berbagai laut. Menjadi MAPALA sesungguhnya!
Tapi itu semua hanya
khayalan, Cuma imajinasi saja. Khayalan jika benar-benar masuk ke dalam dunia televisi.
Hidup didalamnya.
Itu semua tidak mungkin
terjadi. Saya hanya melakukan pengandaian dan menelaah bagaimana dampak terlalu
banyak menonton acara-acara televisi. Orang-orang cenderung tersugesti, hati
terasa didorong tidak sadar setelah selesai menonton acara-acara kotak ajaib
itu. Tergerak untuk melakukan apa-apa yang dilihatnya dari televisi. Terngiang terus
di kepala apa-apa yang dilihatnya di televisi.
Tetapi tunggu dulu,
terlalu banyak menonton acara-acara televisi yang bagaimana dulu? Tentu jika
terlalu banyak tontonan positif maka baik-baiklah orang itu. Tetapi jika
sebaliknya? Mungkin baik, mungkin tidak. Tergantung moral bagaimana yang orang
itu punya.
Baik buruknya kualitas
program televisi, menurut saya, bukan berdasar dari pendapat orang per orang. Program
televisi, baik-buruk, dapat dicari menurut konteks waktu. Maksudnya begini,
anak-anak tidak mungkin menonton acara dewasa – seperti talkshow hubungan
istri-suami – pada dini hari. Seharusnya anak-anak sudah tidur saat itu. Menurut
waktu, acara itu dikhususkan untuk umur diatas 17 tahun alias sudah akil baligh. Tapi masalah selanjutnya
adalah, siapa yang harus bertanggung jawab? Orang tua? Apa pihak televisi yang
seharusnya disalahkan?
Apakah acara tinju baik
bagi anak-anak? Apakah acara talkshow baik bagi anak-anak? Apakah acara yang
berbau seks dan kekerasan baik untuk anak-anak? Dll. Semua kembali kepada pengawasan
dan kontrol waktu yang ketat oleh pihak orangtua – solusi terakhir ketika KPI
hilang keberaniannya.
Di posisi seperti ini, televisi
selalu dikambinghitamkan. Dan dengan kejadian seperti ini televisi sampai detik
ini, oleh para kaum intelektual dan akademis selalu menjadi objek kesalahan. Padahal,
pihak orangtualah yang menurut saya bertanggung jawab jika ada suatu persoalan
seperti diatas.
Pernyataan bahwa dewasa
ini program-program televisi tidak bermutu adalah sesuatu yang salah kaprah dan
hanya mementingkan satu sudut pandang saja. Tidak berpikir zig-zag – meminjam istilah
CakNun – alias mempunyai sudut pandang banyak. Memikirkan lebih dalam lagi
isu-isu mengenai televisi ini adalah hal mutlak bagi para akademisi. Tidak terkecuali
saya.
Coba kita amati perihal
apa dan bagaimana pendapat orang-orang mengenai tayangan sinetron. Pernahkah pada
jam-jam penayangan sinetron kalian amati dan cermati di setiap sudut rumah
ataupun warung-toko di setiap penjuru kota maupun tetangga-tetangga kalian yang
menonton sinetron? Atau pernahkah kalian memergoki ibu kalian menonton
sinetron?
Lalu coba ajak dialog mereka.
Tanyai pendapat mereka tentang sinetron. Hasilnya pasti mengejutkan kalian,
diluar ekspektasi kita. Jujur, saya tidak tertarik sama sekali dengan sinetron,
tetapi harus diakui pula bahwa untuk sebagian ibu-ibu dan anak-anak, sinetron
menjadi tayangan favorit. Kenapa? Kebanyakan para ibu mudah mencerna tayangan
itu karena alur cerita yang ringan dan sederhana.
Inilah fakta. Tidak dapat
dipungkiri. Sinetron telah menjelma menjadi sebuah kerajaan megah namun
merakyat. Dan menjadi arena rekreasi akibat keresahan dan kesusahan ekonomi
yang terus menerus melanda rakyat kecil. Lalu, apakah kita masih setia memakai
satu sudut pandang? Dalam hal ini sudut pandang subjektif kita?
Televisi merupakan
karya yang luar biasa hebatnya di dunia. Penemuan televisi mengakibatkan
kemajuan yang luar biasa bagi peradaban manusia. Sistem komunikasi dan
informasi tidak lagi dilakukan dengan cara-cara kuno. Hanya dengan mengakses
internet, handphone, atau melihat
tayangan program televisi, semua informasi dan komunikasi dapat dengan mudah
diterima.
Tetapi jika tidak
hati-hati dapat pula manusia terjerumus ke dalam efek-efek negatif penggunaan
teknologi elektronik tersebut. Penggunaan secara berlebihan tanpa aturan
menyebabkan manusia lupa akan peran sosial di masyarakatnya. Penggunaan teknologi
elektronik dibutuhkan strategi khusus untuk menciptakan hubungan yang baik
antara manusia dan barang-barang elektronik tersebut.
Di dalam keluarga saya,
kotak televisi ditempatkan di ruang keluarga. Fungsinya adalah agar mudah
diawasi dan mudah dikontrol. Menonton televisi dilakukan setiap hari oleh
setiap anggota keluarga. Menonton televisi secara bersama-sama tidak wajib dilakukan
di keluarga saya, karena setiap pribadi mempunyai kesukaan yang berbeda. Tidak
mungkin dipaksakan. Bapak, Ibu, Kakak, Adik, dan saya memiliki program acara
favorit sendiri-sendiri. Terkadang waktunya bentrok untuk melihat acara favorit
setiap pribadi. Yang akhirnya hanya berujung pertengkaran dan niat untuk menonton
hilang begitu saja.
Televisi adalah simbol
toleransi, hemat saya. Televisi ditempatkan di ruang keluarga bukan tanpa
sebab. Di ruang keluarga selalu tercipta suasana hangat dan ruang-ruang
diskusi. Disitu televisi mempunyai peran penting. Tayangan yang ditonton
mencerminkan diri kita. Mencerminkan sikap dan perilaku kita di luar rumah. Mencerminkan
pula bahan pelajaran apa saja yang didapat di luar rumah. Secara otomatis
tayangan televisi setiap pribadi akan berbeda. Itu dipengaruhi juga dengan
lingkungan pergaulan sehari-hari kita. Dan dengan perbedaan itu semua, apakah
kita sanggup untuk hidup rukun dan saling menghormati?
Sekian.
Langganan:
Postingan (Atom)